Friday, December 16, 2011

Walaupun Terlambat

“Ya! Aku tahu! Jangan terlalu memperdulikanku! Aku lelah bila kau terus memperingatkanku!” bentak Kevin. “Kev, kita kan sudah berteman dari bayi, kok kamu kasar gini sih?”. “Kumohon Cil, jangan terus menerus mengikutiku. Aku tahu kita berteman, bukan berarti kau pengawal ku kan?”. “Baik Kev, aku tidak akan mengganggumu lagi, maaf Cecil bukan pengawal!” balas Cecil lalu pergi dari perpustakaan.

Cecil berlari menghampiri sopirnya yang sudah menunggu di depan gerbang sekolah. Sebisa mungkin ia menahan air matanya. “Ayo pak” kata Cecil. “Baik non” jawab Pak Rep. Di perjalanan menuju rumah, Cecil hanya memandang ke luar jendela mobilnya. Ia berusaha terus menahan air matanya, namun yang terjadi air matanya malah semakin tumpah membanjiri pipinya.

Cecil dan Kevin adalah teman dari bayi. Mereka satu komplek dan di kenalkan oleh baby sitter masing masing. Ya, waktu bayi baby sitter Cicil adalah teman dekat Baby sitter Kevin, maka dari itu mereka bisa kenal. Tak disangka Cecil dan Kevin selalu bersekolah di tempat yang sama, sejak TK hingga SMA. Awalnya mereka tidak pernah keberatan, apalagi Cecil. Cecil memang menyukai Kevin sejak SMP. Sejak Kevin datang ke pesta ulang tahun Cecil menggunakan setelan jas yang sangat rapi. Kevin memang pria tampan, begitu pula Cecil. Cecil adalah Wanita yang sangat cantik. Wajar saja, ibu Cecil model sementara ayah Cecil pengusaha ternama.

Masalah semakin menjadi ketika Cecil terus mengikuti Kevin kemana pun Kevin pergi. Ia selalu ingin tahu apa saja yang di lakukan Kevin, dan melarang kegiatan yang membuat Kevin terlalu lelah. Kevin mulai tidak nyaman dengan sikap Cecil, dan mencoba menjauhi Cecil. Namun Cecil tidak berubah, Cecil melakukan itu karena ia menyukai Kevin, dan sangat memperdulikan Kevin.
***
Sesampainya di rumah, Cecil langsung berlari ke kamarnya dan membanting pintu kamarnya. Ia lalu merebahkan dirinya di ranjang dan menangis. Ia tidak habis pikir, seorang Kevin bersikap kasar padanya. *tok tok tok* “Cil?” Tanya kakaknya dari luar kamar. “Eh iya kak, ada apa?”. “Kamu sedang apa? Mengapa tidak membukakan kakak pintu?”. “Iya kak sebentar” jawab Cecil sambil membereskan mukanya yang kusut dan penuh air mata lalu berjalan membuka pintu.

“Kamu kenapa Cil, kok pulang pulang kakak lihat kamu langsung banting pintu?” Tanya kak Ricko. “Eh gapapa kok kak, tadi Cecil lagi pengin lihat….” Ujar Cecil terbata sambil mencari alasan. Kak Ricko masih sabar menunggu kelanjutan kata Cecil tanpa bertanya. “..pengin lihat ah boneka Cecil aja, masih ada atau enggak hehehe” jawab Cecil kebingungan. Mata dan pipinya masih merah. “Oh iya? Ngapain banting pintu Cuma gara gara boneka? Mata dan pipi kamu juga merah kayak yang habis nangis”. Cecil terdiam, ia bimbang. Menceritakan yang terjadi atau tidak. Tiba tiba “Cecil, Ricko!! Mama pulang sayaaang!” ucap Mama dari lantai bawah. Mama Cecil baru pulang dari Paris, dan Besok akan pergi lagi ke Canada. Cecil pun langsung turun ke lantai bawah dan memeluk mamanya. “Akhirnya mama pulang” kata Cecil penuh senyum. “iya sayang, mama bawa oleh oleh loh”. “Oh iya ma? Apa itu?”. “Nih, 3 kantung yang itu buat kamu dan yang 2 kantung itu buat kak Ricko, sisanya punya mama ya” kata mamanya sambil menunjuk kantong kantong yang baru saja di bawa Pak Kino, supir pribadi mama. “Oke mam” jawab Cecil.
***
“Cil?” panggil kak Ricko sambil membuka pintu kamar Cecil. “eh iya kak?” jawab Cecil sambil berpaling dari bukunya. “kamu tadi kenapa?”. “Cecil lelah kak, Cecil mau tidur”. “Cil, masa kamu gak mau cerita sama kakak”. “kaaak..”jawab Cecil memelas. “Baiklah, yang penting kakak tau, sekarang adik kakak sudah dapat membawa bebannya sendiri, tak butuh bantuan kakaknya lagi”. Ujar Kak Ricko lalu beranjak keluar kamar. “Nanti Cecil pasti cerita kok kak”. Kakaknya membalas dengan senyum lalu menutup pintu kamar Cecil.
***
Sudah pukul 09.00 Cecil belum bangun juga. Ia tertidur sangat pulas. Ya, ini hari Sabtu, Cecil libur dan ia dapat bangun sekehendak hatinya. Tepat pukul 10.25 Cecil terbangun, sambil bermalas malasan ia mulai membuka matanya dan menarik napas dalam dalam. Cecil hendak mengambil ponselnya untuk menanyakan Kevin akan kemana hari ini, namun ia teringat akan kejadian kemarin, dan segera mengubur niatnya. “hah, aku kan bukan pengawalnya Kevin, pura pura gak kenal sama dia aja deh” keluh Cecil sambil menekan tombol delete untuk nomer ponsel Kevin. “Eh tapi kalo aku hapus ntar aku gimana lagi, ah biarin aja deh, pura pura gatau aja” batinnya.

Ia memutuskan untuk diam di rumah saja pada hari Sabtu. Tak ada siapa siapa di dalam rumahnya.  Ia menonton TV dengan acara kartun kesayangannya. Namun lama kelamaan ia terlihat bosan. “Mall ah, laper” ujarnya. Cecil dan pak Rep pun melaju menuju mall yang Cecil pilih. Cecil langsung memesan makanana di restoran Jepang, ia langsung memilih ramen untuk menu lunch nya. Setelah puas makan ia bergegas menuju salon. Cecil berniat untuk cream bath rambut dan masker wajah saja. Namun, kenyatannya ia tergoda dengan spa. Sekitar 3 jam ia habiskan waktunya di salon. Tak terasa sudah pukul 15.45. ia tidak langsung pulang, ia malah mampir ke toko buku “cari kobochan dulu deh” batinnya.

Ketika Cecil sedang berada di balik lemari komik, ia memandang ke arah lemari cd film horror. Biasanya Kevin berada disana. Benar saja ketika ia mengalihkan pandangannya lagi kea rah lemari komik tak sengaja ia melihat jaket Kevin yang sudah tidak asing untuknya. “Itu Kevin gak ya?, ah bodo lah, tapi ih harus dipastiin dulu” keluhnya. Ternyata ia benar Kevin, tapi Kevin sedang bersama Luna, teman sekolahnya. Cecil sesak, Cecil kesal, Cecil marah, Cecil tak karuan. Ia mulai mengatur napasnya dan mengambil beberapa komik kobochan lalu berlari ke kasir. Namun tiba tiba, “Cecil!” teriak Luna dari tempatnya. Cecil membalasnya dengan senyum lalu melanjutkan perjalanannya. “Cil sini dulu bentar” ajak Luna. Cecil bingung akan kesana atau tidak, ia takut kalau ia kesana air matanya tumpah. Tapi ia putuskan untuk pergi kesana tanpa peduli perasaannya.

“Cil, kamu tau gak? Semalem Kevin nembak aku, dan semalem juga aku sama Kevin pacaran, aku seneng banget, jadi komik ini biar aku aja deh yang bayarin hehehe” ujar Luna sambil melirik Kevin yang sedang sibuk dengan cd nya. Mulut cecil terbuka bertanda ingin bertanya kok bisa. Air mata sudah mengantri ingin keluar dari mata Cecil. Perasaan kesal, bingung, galau langsung menyerbu tanpa di undang. Sebisa mungkin ia bersikap normal dan itu artinya ia harus menyiksa perasaannya untuk sementara. “Eh kalian selamat ya, pasti kalian langgeng deh sampe mati, tapi Cecil buru buru Lun duluan ya, dadaah” balas Cecil sambil mengambil komiknya dari atas meja dan bergegas ke kasir. “Amin, kamu di traktir malah gamau, ya sudah gapapa deh daaah hati hati ya”. Cecil tersenyum paksa.

Ia tak bisa menunggu pak Rep datang menjemputnya hingga ia putuskan untuk naik Taxi saja. Ia sudah tak tahan lagi. Sesampainya dirumah Ia langsung menangis sekencang yang ia mampu. Ia pun tak mengerti apa yang ia tangisi sebenarnya. Tapi ia sangat membenci sebuah kenyataan dimana Kevin menyukai Luna, bukan Cecil. Ia sangat lelah menangis hingga ia tertidur ketika merobek semua isi diary tentang Kevin. Ia terbangun dalam keadaan kritis, tak di sangka sangka ia masuk Rumah Sakit. Sebenarnya tadi Cecil bukan tertidur melainkan pinsan, kini ia berada di ruang ICU. Asma Cecil kambuh secara otomatis setelah kejadian yang membuatnya lelah menangis. Tapi penyakit kali ini sangat parah, buktinya Cecil masuk ICU. Cecil merasa kesakitan dan pasrah. Ia memilih mati saja daripada menghadapi semua kenyataan yang sangat dibencinya. Di luar ia melihat ayahnya yang datang dari Bandung ke Jakarta. Ia juga melihat pengasuhnya. Tapi, ia tidak melihat kakaknya. Cecil meminta suster untuk memanggil ayahnya. Tak lama kemudian ayah Cecil sudah berada di samping Cecil. “Kau kenapa nak?” ujar ayah sambil menggenggam tanganku. “Entah pa. Mungkin Cecil kelelahan” jawab Cecil santai. “Kakak mana pa?” lanjut Cecil. “Kakakmu sedang menjemput Kevin”. “Hah? Kevin? Untuk apa pa?”  Sontak Cecil terkejut akan jawaban ayahnya. “Tunggulah, papa juga masih belum mengerti apa maksud kakakmu”.

Cecil mulai khawatir. Cecil takut kakaknya akan mengetahui segalanya. Cecil curiga kakaknya akan memarah marahai Kevin dan tak menutup kemungkinan mereka berkelahi. Oh Cecil sungguh dilanda kegalauan yang luar biasa. Melihat muka anaknya yang begitu tegang ayah Cecil mencoba untuk menenangkannya. “Tenanglah sayang, Kevin akan baik baik saja”. “Oh apa maksud papa? Apa papa dan kak Ricko tahu bahwa aku menyukai Kevin?” umpat Cecil dalam hati.

Tiba tiba saja wajah kak Ricko muncul dari balik pintu. Seperti yang Cecil duga, kak Ricko tidak sendirian. Kak ricko datang bersama seorang yang sangat Cecil hindari. Ya! Kevin.Cecil semakin tegang ketika Kevin mulai duduk di sampingnya. Rasanya Cecil mau mati saja. Cecil benar benar tidak tahu apa yang ia harus lakukan. Ia pasrah sambil memejamkan matanya. “Cil, jadi dia yang kau sembunyikan dari kakak semalam?” Tanya kak Ricko sambil melirik Kevin. Cecil diam saja. “Cecil kamu sakit?” Tanya Kevin. Cecil benar benar bingung harus melakukan apa. Keringat Cecil bercucuran. Tak lama kemudian Kevin mengusapkan tissue ke wajah Cecil. “Aku tidak menyukai Luna” ujar Kevin. Kak Ricko dan papa langsung keluar ketika mendengan Kevin berbicara seperti itu. Kak ricko dan papa pikir sudah bukan urusan mereka lagi untuk hal seperti itu. “Aku pun tak mengerti mengapa semalam aku bisa memutuskan untuk berpacaran dengan Luna, padahal tanggal itu sudah ku siapkan semenjak kita kelas 5 untuk berpacaran” ujar Kevin dengan nada sedikit tersipu. “denganmu” lanjutnya. Cecil menangis, ia tidak mengerti apa Kevin sungguh sungguh atau Kevin diperintahkan Kak Ricko agar kondisi Cecil membaik. Cecil yakin pasti kak Ricko sudah membaca robekan diary nya. “Aku sudah memutuskan Luna”. Cecil terdiam sementara air mata terus menetes. “Aku harap walaupun malam kemarin kita tak bisa berpacaran, walaupun rencana yang ku susun bertahun tahun lamanya sudah gagal, aku tetap berharap untuk menjadi kekasihmu” ujar Kevin terus menerus. Akhirnya Cecil memberanikan untuk membuka matanya dan melihat wajah Kevin. Kevin tersenyum kepada Cecil. “Cil?”. “Apa?”. “Kau mau membantuku mewujudkan harapan ku 7 tahun silam?”. “Aku tahu kau tidak pernah menyukai ku. Sudahlah hentikan saja semua sandiwaranya, aku mulai bosan” jawab Cecil. “Aku yakin kau tidak akan percaya hal ini. Aku memang terlalu dingin. Aku tidak melakukan apapun untuk membuktikan kalau aku menyukai seseorang. Aku tidak sepertimu Cil, karena aku telah menyiapkan segalanya”. “Lalu kenapa kemarin sore kau membentak ku? Padahal rencananya malam itu kau akan…….” Cecil bimbang untuk melanjutkan kata katanya. “Oh itu. Aku terlalu stress Cil. Hahaha tak ku sangka kau marah gara gara aku membentakmu. Jadi, kemarin itu banyak sekali tugas ku. Ditambah lagi kau datang, aku jadi bingung harus bagaimana. Maaf yak au jadi korbannya” jelas Kevin. “Lalu mengapa kau malah memilih Luna untuk menjadi pacarmu?”. “Itu salahmu Cil. Kenapa kamu tidak sms aku semalam? Biasanya kau sms duluan. Dan kebetulan yang sms aku semalam hanyalah Luna. Karena aku kesal sama Cecil maka aku putuskan untuk jadian dengan Luna”. “Gak masuk akal! Lalu satu lagi. Untuk apa kak Ricko menjemput mu? Kak Ricko pasti menuruhmu melakukan ini semua kan. Sudahlah kau tak bisa mengelak” ujar Cecil yang masih tak percaya dengan Kevin. “Oh itu. Tadi aku mengkhawatirkanmu, apalagi ketika aku tahu Luna baru berbicara denganmu. Aku langsung menghubungi kak Ricko untuk tahu keadaanmu. Dan ternyata kau sudah kritis. Aku minta kak Ricko menjemputku karena supirku tidak ada. Masih ada yang bisa saya jelaskan nona Cecil?”. “Cukup. Semuanya tidak masuk akal” jawab Cecil. “Tapi impianku terwujud kah?” ujar Kevin. “Impian itu sudah 7 tahun loh! Bayangkan!” lanjutnya. Cecil hanya menjulurkan lidahnya lalu tertawa. “Aku juga sudah memimpikanmu selama 5 tahun loh! Bayangkan!”. 

1 comment: